Image

Jumat, 25 April 2014

Sm'art Courses


Alamat : Jl. Semangka 9 NO: 269 Rt 002/002 Depok Jaya 16951
tlp:087782502984/02194794168
            Telah di Buka…….! kelas melukis & menggambar
                                                                Usia 6-17th dst-
Umum Anak-anak & Dewasa
tk-sd-smp-sma/prakuliah yg ingin melanjutkan ke kejuruan Seni & design.

4x pertemuan

Metode kursus :

Tujuan :
Melalui media seni khususnya menggambar,meklukis,& berkreasi,Menstimulasi pembentukan motorik otak anak menjadi lebih cerdas,berfikir kreatif,mandiri,membentuk pribadi yang bertanggung jawab,kritis & percaya diri menjadi bekal masa depan anak yang tangguh Multitalent & siap menghadapi tantangan dalam kondisi apapun.

Apa saja kegiatannya :

Ada beberapa category : menggambar,melukis,berkreasi (craft) membuat bentuk suatu karya nyata media yang di gunakan bisa dari apa saja contoh: membuat kreasi dari bahan-bahan yang sudah tidak terpakai/tidak layak (recycle) menjadikan suatu karya yang unik dan bernilai seni hingga bernilai jual.
Media apa saja yang di gunakan :

Media yang di gunakan antara lain :

1.pensil warna
2.Crayon pensil/oil pastel
3.Cat Lukis
-Cat air/Cat Minyak dll-

Kelas kursus:

Senin-Rabu-Jum’at-Sabtu fleksibel
Jam Mulai : 09-00 – 10-30 wib – 13-00-14-30 – 16-00-17-30

                                Di buka kelas free utk hari minggu *umum* ……….!
Pendaftaran free 1x pertemuan Buruan….! Daftar segera bs melalui email sketsa.awan@yahoo.com
                                           tlp: 087782502984/02194794168

Atau bisa datang langsung ke lokasi... Di tunggu yah……… Come on Lets Join ………


                    -----------------------------------Sm’art-------------------------------------
Contact di 087782502984/02194794168 BB 323DDFFE

Rabu, 16 April 2014

METODE BELAJAR BAGI ANAK USIA DINI

METODE BELAJAR BAGI ANAK USIA DINI

Walaupun pendidikan berlangsung sepanjang hayat, namun menurut Maria Montessori, enam tahun pertama masa anak sebagai jangka waktu yang paling penting bagi perkembangannya. Tahun prasekolah menjadi masa anak membina kepribadian mereka. Karenanya, setiap usaha yang dirancang untuk mengembangkan minat dan potensi anak harus dilakukan pada masa awal ini untuk membimbing anak menjadi diri mereka dengan segala kelebihannya. Orangtua dan pendidik harus dapat membantu anak menyadari dan merealisasikan potensi anak untuk menimba ilmu pengetahuan, bakat, dan kepribadian yang utuh.
Acuan memilih metode pengajaran untuk anak usia 0-6 tahun menurut Penasehat Himpunan Tenaga Kependidikan Usia Dini, Dr. Anggani Sudono MA, adalah melibatkan anak dalam kegiatan belajar. Ketika di sekolah anak diajak memilih materi yang ingin dieksplorasi. Dengan begitu anak mendapat inspirasi dan belajar mengambil keputusan sendiri. Terdapat beberapa metode pengajaran yang disesuaikan dengan tahap usia anak:
Usia 0-3 tahun: anak dapat mengikuti kegiatan di sekolah taman bermain. Apapun metodenya, yang harus diperhatikan ialah hubungan komunikasi guru dengan anak, bagaimana cara guru itu berkomunikasi. Ketika mengajar, sebaiknya guru tidak mendominasi kegiatan anak.
Usia 5 tahun: berikan kegiatan yang dapat memberi kesempatan pada anak mengobservasi sesuatu. Sebaiknya pendidik tidak melulu mencontohkan lalu anak mengikuti. Tapi, biarkan anak mencoba-coba, misal anak menggambar bunga dengan warna hijau, kuning atau biru. Pendidik dapat memberikan kosakata baru pada anak dan membiarkan mereka merangkai kalimat.
Usia 6-12 tahun: perbanyak melatih kemampuan anak bercerita dan mempresentasikan apa yang mereka ketahui. Metode belajar ditekankan pada bagaimana anak berpikir kreatif, misalnya ketika menjelaskan suatu hal atau benda. Salah satunya dengan metode main maping, yaitu membuat jaringan topik. Misal, minta anak menjelaskan konsep meja dan biarkan anak memaparkan satu persatu pengetahuannya tentang meja mulai dari berbagai bentuk, fungsi sampai jumlah penyangganya.
Proses belajar-mengajar yang baik adalah jika anak berinteraksi dengan pendidik, yaitu orangtua dan guru. Maka pendidik harus pandai menciptakan situasi yang nyaman, membangkitkan semangat belajar, dan anak antusias belajar dengan memberikan metode pengajaran yang tepat. Jika tipe belajar anak lebih aktif melalui alat pendengarannya (auditif ), maka anak diajarkan dengan mendengarkan kaset yang diselingi dengan menunjukkan gambarnya (demonstrasi). dapat juga dengan memutarkan video agar anak dapat melihat (visual) dengan jelas apa yang terjadi. Dengan harapan, tujuan pembelajaran akan lebih mudah tercapai. Berikut ini beberapa metode pengajaran yang dapat Anda pilih antara lain :
Metode Global (Ganze Method)
Anak belajar membuat suatu kesimpulan dengan kalimatnya sendiri. Contohnya, ketika membaca buku, minta anak menceritakan kembali dengan rangkaian katanya sendiri. Sehingga informasi yang anak peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diserap lebih lama. Anak juga terlatih berpikir kreatif dan berinisiatif.
Metode Percobaan (Experimental method)
Metode pengajaran yang mendorong dan memberi kesempatan anak melakukan percobaan sendiri. Menurut Maryam, staf pengajar di Sekolah Alam Ciganjur, Jakarta Selatan, terdapat tiga tahapan yang dilakukan anak untuk memudahkan masuknya informasi, yaitu mendengar, menulis atau menggambar lalu melihat dan melakukan percobaan sendiri. Misalnya, anak belajar tentang tanaman pisang, pendidik tak hanya menjelaskan tentang pisang tapi juga mengajak anak ke kebun untuk mengeksplorasi tanaman pisang. Dengan belajar dari alam, anak dapat mengamati sesuatu secara konkret. Kegiatan ini dapat dilakukan mulai umur empat sampai 12 tahun.
Metode Resitasi (Recitation Method)
Berdasarkan pengamatan sendiri, minta anak membuat resume. Maryam menambahkan, pada usia 4-12 tahun merupakan masa kritis anak yang selalu menanyakan, Mengapa begini dan begitu?. Misalnya anak bertanya, Mengapa pohon dapat berbuah? Libatkan anak untuk mengamati proses pembiakan lalu minta anak menyimpulkannya sendiri.

Metode Latihan Keterampilan (Drill Method)
Kegiatan yang mewakili metode ini sering Anda lakukan bersama si kecil, yaitu membuat prakarya (artwork). Sekolah Learning Vision menggunakan metode ini untuk mendorong anak belajar menjalani proses ketika membuat patung dari lilin atau karya tiga dimensi lainnya. Selain melatih kemampuan motoriknya, seperti menulis, menggambar, menghias dan menggunakan alat-alat. Anda juga dapat mengajarkan anak berhitung secara konkret.
Metode Pemecahan Masalah (Problem solving Method)
Berikan soal-soal yang tingkat kesulitannya dapat disesuaikan dengan kemampuan anak. Lalu ajak anak mencari solusinya bersama-sama.
Metode Perancangan (Project Method )
Kegiatan yang mengajak anak merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian. Salah satu sekolah yang menggunakan metode ini adalah Tutor Time. Pola pikir anak menjadi lebih berkembang dalam memecahkan suatu masalah serta membiasakannya menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki.
Metode Bagian (Teileren Method)
Metode pengajaran ini mengaitkan sebagian-sebagian petunjuk yang mengarah pada sesuatu, seperti potongan puzzle yang digabungkan satu persatu. Setelah orangtua berhasil mengidentifikasi cara ...
Next part

Jenis-Jenis Metode Pembelajaran

Berikut ini adalah artikel yang menerangkan mengenai jenis-jenis metode pembelajaran. Untuk mengetahui pengertian metode belajar secara lebih khusus terhadap metode belajar sambil bermain, Anda dapat membacanya dengan cara klik Disini.
Adapun jenis-jenis metode pembelajaran yang terangkum dalam artikel ini adalah sebagai  berikut:
1. Metode ceramah, yakni cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung oleh guru kepada sekelompok siswa.
2. Metode demonstrasi, yaitu metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan suatu proses, situasi, atau benda tertentu, baik sebenarnya, maupun tiruan. Metode ini dapat membuat penyajian bahan pelajaran lebih konkret.
belajar sambil bermain

Jenis-Jenis Metode Pembelajaran

3. Metode diskusi, adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan. Metode diskusi bisa dilakukan dalam beberapa jenis, yaitu diskusi kelas, diskusi kelompok kecil, simposium, diskusi panel.
4. Metode simulasi, yaitu cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya. Jenis-jenis simulasi adalah:
  • sosiodrama, yaitu metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial;
  • psikodrama, yaitu metode pembelajaran dengan bermain peran yang bertitik tolak dari permasalahan-permasalahan psikologis;
  • role playing, yaitu metode pembelajaran bermain peran sebagai bagian dari simulasi yang di arah kan untuk rekreasi peristiwa sejarah, peristiwa aktual, atau kejadian-kejadi an yang mungkin muncul pada masa yang akan datang (Sanjaya, 2006: 18-22).
5. Metode belajar sambil bermain, yaitu metode belajar yang mengadopsi berbagai permainan. Baik permainan yang sudah ada, maupun yang dibuat sendiri untuk menciptakan suasana belajar yang menarik dan menyenangkan yang mengolah berbagai ranah psikologis siswa, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Kumpulan Karya

Kumpulan Karya Umur 5-12+ th































Kreativitas anak

Bila bakat kreatif tersebut tidak dipupuk maka bakat tersebut tidak akan berkembang, bahkan menjadi bakat terpendam, yang tidak dapat diwujudkan.


 KREATIVITAS ANAK

 Usia dini adalah usia yang paling kritis atau paling menentukan dalam pembentukan  karakter dan kepribadian seseorang. Perolehan kesempatan untuk dapat mengoptimalkan tugas-tugas perkembangan pada usia dini sangat menentukan keberhasilan perkembangan anak selanjutnya.
Setiap orang pada dasarnya memiliki bakat kreatif tanpa kecuali walaupun setiap orang berbeda dalam macam bakat yang dimiliki serta derajat atau tingkat dimilikinya bakat tersebut. Satu hal yang penting adalah bahwa ditinjau dari segi pendidikan, bakat kreatif dapat ditingkatkan, dan karena itu perlu dipupuk sejak dini. Bila bakat kreatif tersebut tidak dipupuk maka bakat tersebut tidak akan berkembang, bahkan menjadi bakat terpendam, yang tidak dapat diwujudkan.
            Untuk memahami kreativitas pada anak-anak, ada satu yang harus membedakan kreativitas dari kecerdasan dan bakat. Ward (1974) menyatakan tentang kreativitas anak-anak dapat dibedakan dari kemampuan kognitif. Studi-studi terakhir menunjukkan  bahwa komponen-komponen dari potensi kreatif dapat dibedakan dari kecerdasan (Moran, 1983). Istilah ”gifted” sering digunakan untuk menyatakan anak yang memiliki kecerdasan tinggi. Wallach (1970) berpendapat bahwa ”kecerdasan dan kreativitas tidak terikat satu sama lain, dan anak yang sangat kreatif bisa saja kecerdasannya tidak tinggi”. Kreativitas tidak hanya di dalam musik, seni, atau penulisan, tetapi juga di dalam ilmu pengetahuan, ilmu kemasyarakatan dan bidang-bidang lain.

            Untuk anak-anak, kreativitas difokuskan pada proses: pembuatan gagasan-gagasan. Penerimaan orang dewasa dari banyaknya gagasan-gagasan  di dalam suasana yang tidak evaluatif akan membantu anak-anak menghasilkan lebih banyak gagasan-gagasan atau bergerak ke langkah yang berikutnya, evaluasi diri. Ketika anak-anak mengembangkan kemampuan untuk evaluasi diri, mutu isu-isu dan pembuatan produk-produk menjadi lebih penting. Penekanan pada usia ini adalah menjelajah kemampuan-kemampuan mereka untuk menghasilkan dan mengevaluasi hipotesis, dan meninjau kembali gagasan mereka yang didasarkan pada evaluasi. Evaluasi oleh yang lain dan ukuran-ukuran untuk produk-produk dengan sebenarnya penting hanya  digunakan anak remaja atau orang dewasa yang lebih tua.
BAGAIMANA ORANG DEWASA MENDORONG KREATIVITAS?
1. Menyediakan lingkungan yang mengizinkan anak untuk menjelajah dan bermain tanpa pengekangan-pengekangan yang tak pantas.
 2. Menyesuaikan diri dengan gagasan-gagasan anak-anak. 
 3. Menerima gagasan-gagasan yang tidak biasa dari anak-anak, pemecahan masalah divergen anak-anak
 4. Mengggunakan pemecahan masalah kreatif di semua bagian-bagian pelajaran. Gunakan masalah yang secara alami tentu saja terjadi di hidup setiap hari
 5. Memberikan waktu untuk anak menjelajah semua berbagai kemungkinan, menggerakkan dari populer ke gagasan-gagasan lebih asli.
 6. Menekankan proses dibanding produk.
 BERMAIN DAN KREATIVITAS
            Kreativitas anak usia dini adalah kreativitas alamiah yang dibawa dari sejak lahir. Kreativitas alami seorang anak usia dini terlihat dari rasa ingin tahunya yang besar. Hal ini terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan kepada orang tuanya terhadap sesuatu yang dilihatnya. Adakalanya pertanyaan itu diulang-ulang dan tidak ada habis-habisnya. Selain itu anak juga senang mengutak-atik alat mainannya sehingga tidak awet dan cepat rusak hanya karena rasa ingin tahu terhadap proses kejadian.
      Para ahli menegaskan bahwa kreativitas mencapai puncaknya di usia antara 4 sampai 4,5 tahun. Anak usia prasekolah memiliki imajinasi yang amat kaya sedangkan imajinasi merupakan dasar dari semua jenis kegiatan kreatif. Mereka memiliki “kreativitas alamiah” yang tampak dari perilaku seperti sering bertanya, tertarik untuk mencoba segala sesuatu, dan memiliki daya khayal yang kuat (Kak Seto, 2004:11).
      Menurut Abdurrahman (2005:35), kreativitas anak adalah kemampuan untuk menghasilkan pemikiran-pemikiran yang asli, tidak biasa, dan sangat fleksibel dalam merespon dan mengembangkan pemikiran dan aktivitas. Pada anak usia dini kreativitas akan terlihat jelas ketika anak bermain, di mana ia menciptakan berbagai bentuk karya, lukisan ataupun khayalan spontanitas dengan alat mainannya. Adapun ciri-ciri kreativitas alamiah meliputi: imajinatif, senang menjajaki lingkungan (exploring), banyak mengajukan pertanyaan, mempunyai rasa ingin tahu yang kuat, suka melakukan ”eksperimen”, terbuka untuk rangsangan-rangsangan baru, berminat untuk melakukan macam-macam hal, ingin mendapatkan pengalaman-pengalaman baru, dan tidak pernah  merasa bosan (Majalah Nakita, 2003: 7 edisi Agustus 2003).
Bermain adalah awal dari perkembangan kreativitas, karena dalam kegiatan yang menyenangkan itu, anak dapat mengungkapkan gagasan-gagasan secara bebas dalam hubungan dengan lingkungannya. Oleh karena itu kegiatan tersebut dapat dijadikan dasar dalam mengembangkan kreativitas anak.
            Guilford (dalam Hawadi, 2001:3) dengan analisis faktornya menemukan ada lima ciri yang menjadi sifat kemampuan berpikir kreatif: pertama, kelancaran (fluency) adalah kemampuan untuk memproduksi banyak gagasan. Kedua, keluwesan (flexibility) adalah kemampuan mengajukan bermacam-macam pendekatan atau jalan pemecahan masalah. Ketiga, keaslian (originality) adalah kemampuan untuk melahirkan gagasan-gagasan asli sebagai hasil pemikiran sendiri dan tidak klise. Keempat, penguraian (elaboration) adalah kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara terperinci. Kelima, perumusan kembali (redefinition) adalah kemampuan untuk mengkaji kembali suatu persoalan melalui cara dan perspektif yang berbeda dengan apa yang sudah lazim.
 ALASAN PERLUNYA DIKEMBANGKAN KREATIVITAS PADA ANAK
            Dr. Utami Munandar memberikan empat alasan perlunya dikembangkan kreativitas pada anak yaitu: Pertama, dengan berkreasi anak dapat mewujudkan dirinya dan ini merupakan kebutuhan pokok manusia. Kedua, kreativitas atau cara berpikir kreatif, dalam arti kemampuan untuk menemukan cara-cara baru memecahkan suatu permasalahan. Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak saja berguna tapi juga memberikan kepuasan pada individu. Hal ini terlihat jelas pada anak-anak yang bermain balok-balok atau permainan konstruktif lainnya. Mereka tanpa bosan menyusun bentuk-bentuk kombinasi baru dengan alat permainannya sehingga seringkali lupa terhadap hal-hal lain. Keempat, kreativitaslah yang memungkinkan manusia untuk meningkatkan kualitas dan taraf hidupnya. Dengan kreativitas seseorang terdorong untuk membuat ide-ide, penemuan-penemuan atau teknologi baru yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara luas.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KREATIVITAS
            Kreativitas seseorang berkembang dipengaruhi oleh faktor-faktor internal (diri sendiri) dan eksternal (lingkungan). Faktor-faktor yang bersumber dari diri sendiri, seperti kondisi kesehatan fisik, tingkat kecerdesan (IQ), dan kesehatan mental. Sementara faktor lingkungan yang mendukung perkembangan kreativitas yaitu, (1) orang tua atau pendidik dapat menerima anak apa adanya, serta memberi kepercayaan padanya bahwa pada dasarnya dia baik dan mampu, (2) orang tua atau guru bersikap empati kepada anak, dalam arti mereka memahami pikiran, perasaan, dan perilaku anak, (3) orang tua atau pendidik memberi kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan pendapatnya, (4) orang tua atau pendidik memupuk sikap dan minat anak dengan berbagai kegiatan yang positif, (5) orang tua atau pendidik menyediakan sarana prasarana pendidikan yang memungkinkan anak mengembangkan keterampilannya dalam membuat karya-karya yang produktif-inovatif.
            Kreativitas membutuhkan EQ (kecerdasan emosional). Goleman seorang pakar EQ mengatakan, IQ menyumbang 20 persen saja dalam keberhasilan seseorang sementara 80 persen lainnya ditentukan oleh kekuatan-kekuatan lainnya. Misalnya kesediaan untuk bekerja keras, disiplin, rasa percaya diri, dan termasuk di dalamnya EQ. Kesemuanya faktor penunjang kreativitas ini dapat dibina, dilatih, dan dikembangkan sejak anak berusia dini.
            Antara kreativitas dan intelegensi terdapat perbedaan. Apabila kita mengacu kepada teori Guilford tentang Structure of Intelect (dalam Hawadi, 2001:19) maka intelegensi lebih menyangkut pada cara berpikir konvergen (memusat), sedangkan kreativitas lebih berkenaan dengan cara berpikir divergen (menyebar). Munandar menjelaskan bahwa berpikir konvergen adalah pemberian jawaban atau penarikan kesimpulan yang logis (penalaran) dari informasi yang digunakan dengan  penekanan pada pencapaian jawaban tunggal yang paling tepat. Adapun berpikir divergen (yang juga disebut berpikir kreatif) adalah kemampuan memberikan bermacam-macam jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragaman, jumlah, dan kesesuaian.
            Mengenai hubungan kreativitas dan intelegensi dapat diamati melalui hasil studi para ilmuwan psikologi. Torrance (1965) dalam temuan hasil penelitiannya menjelaskan bahwa anak-anak yang tinggi kreativitasnya memiliki taraf intelegensi (IQ) di bawah rata-rata IQ kelompok sebayanya. Dalam kaitannya dengan keberbakatan (giftedness), Torrance mengemukakan bahwa IQ tidak dapat dijadikan ukuran satu-satunya sebagai kriteria untuk mengidentifikasi anak-anak yang berbakat. Apabila yang digunakan untuk menetukan kriteria keberbakatan hanya IQ, diperkirakan 70% anak yang memiliki tingkat kreativitas  tinggi akan tersingkir dari penyaringan.
 PERAN ORANG TUA DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK
            Kreativitas merupakan kunci sukses dan keberhasilan dalam kehidupan. Orang yang tidak kreatif, kehidupannya statis dan sulit sekali meraih keberhasilan. Dengan keadaan zaman yang sudah mengglobal dan penuh dengan tantangan serta persaingan seperti sekarang ini membutuhkan orang-orang yang kreatif. Begitu bermaknanya kreativitas bagi kehidupan seseorang, maka pendidikan dan pengembangan kreativitas tidak bisa ditunda-tunda, harus dimulai sejak  usia dini. Agar kreativitas anak dapat berkembang secara optimal, maka orang tua atau guru dapat melakukan strategi 4P yaitu ; Pribadi, Pendorong, Proses, dan Produk.
            Pribadi, orang tua harus paham, tiap anak memiliki pribadi berbeda, tiap anak adalah unik. Karena itu kreativitas juga merupakan sesuatu yang unik. Pendorong, untuk mengembangkan kreativitas anak, orang tua harus dapat memberikan dorongan kepada anaknya agar dapat memunculkan motivasi dalam diri anak yaitu motivasi instrinsik dan ekstrinsik. Proses, jika sarana dan prasana sudah tersedia, dorongan sudah ada, maka anakpun akan berproses dan berkreasi. Nah, proses inilah yang penting untuk anak ketika bermain. Ia akan merasa mampu dan senang bersibuk diri secara kreatif. Entah dengan melukis, menyusun balok-balok menjadi sebuah menara dan sebagainya. Hargailah kreasinya tanpa perlu berlebihan. Sebab, secara intuitif anak akan tahu, apakah penghargaan itu tulus atau sekadar basa-basi. Produk, setelah ketiga faktor di atas dipenuhi, maka anakpun akan menghasilkan produk kreatif. Produk kreatif anak usia dini dapat berupa lukisan, alat mainan, bentukan tanah liat. Peran orang tua di sini adalah memberikan penghargaan atas produk-produk yang dihasilkan anak dengan cara memberi pujian atau memajang hasil karya anak.
            Kreativitas anak akan berkembang jika orang tua mempunyai kebiasaan-kebiasaan kreatif seperti teliti, cermat, disiplin, dan keteraturan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dicontoh oleh anak. Selain itu kreatif dalam berkarya seperti membuat alat permainan bersama-sama dengan anak, memanfaatkan bahan-bahan alami yang ada di lingkungan atau bahan bekas kemasan kebutuhan rumah tangga.
            Peran orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam memfasilitasi perkembangan kreativitas anak, bukan memaksakan kehendak kepada anak. Karena kreativitas lebih bersifat personal dan privasi, ketimbang sosial dan massal, maka tumbuh kembangnya membutuhkan berbagai interaksi. Menumbuhkembangkan pola interaksi yang positif antara orang tua dengan anak di rumah melalui bermain dengan suasana yang menyenangkan merupakan sarana yang paling baik untuk merangsang dan mengembangkan kreativitas anak.

Metode Belajar Sambil Bermain

Contoh Metode Belajar Sambil Bermain | Contoh Permainan dan Pembahasan

Sebelum mengetahui dan mempelajari Contoh Metode Belajar Sambil Bermain | Contoh Permainan dan Pembahasan berikut ini, ada baiknya Anda membaca terlebih dahulu artikel sebelumnya dengan cara Klik Disini. Berikut ini adalah contoh-contoh Metode Belajar Sambil Bermain yang berjudul “Sebanyak Mungkin”, “Mengingat Aku”, “Dor”, “Pulpen dan Pensil”.

Contoh Metode Belajar Sambil Bermain | Contoh Permainan dan Pembahasan

Permainan berjudul “SEBANYAK MUNGKIN”
Tujuan
  • Mengetahui lebih detail kegemaran atau hobi orang lain.
  • Melatih kecerdasan interpersonal.
  • Membuat suasana lebih akrab.
Prosedur permainan:
  1. Guru menjelaskan tujuan materi sehingga tahu apa manfaat permainan ini bagi para siswa.
  2. Siswa diberi satu lembar kertas format perkenalan sesuai kebutuhan dengan tiga pertanyaan, yaitu nama, hobi, dan kegemaran. Guru mengajak siswa untuk lebih mengenal siswa lain dengan lebih dalam. Seluruh siswa menuliskan hasilnya pada kertas yang sudah disediakan. Menulis nama dengan tinta merah, menulis alamat dengan tinta biru, dan menuliskan hobi atau kegemaran dengan tinta hitam.
  3. Keberanian siswa untuk bertanya berpengaruh terhadap waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan perkenalan. Setelah waktu tertentu guru menanyakan hasilnya kepada seluruh siswa, Siswa mana yang paling banyak berkenalan dan siswa yang mana mendapat paling sedikit.
  4. Guru menguji siswa yang mendapat perkenalan terbanyak dengan meminta hobi atau kegemaran dari siswa terakhir yang disebutkan tanpa melihat kertas perkenalan. Berilah hadiah kepada peserta yang mendapat kenalan paling banyak.
Pembahasan:
Permainan ini dapat dilakukan baik terhadap siswa kelas baru ataupun kelas lama yang sudah saling kenal. Permainan pada siswa kelas baru akan lebih menarik karena tidak saling kenal. Suasana akrab akan segera muncul dalam proses perkenalannya. Khusus pada siswa lama, perkenalan lebih detail baru saja diketahui. Siswa jadi lebih mengetahui kegemaran siswa masing-masing.
Refleksi
Permainan berakhir dengan kegembiraan. Siswa diminta memberikan komentar atas kegiatan yang baru dimainkan. Guru menghubungkan manfaat permainan tadi dengan kehidupan nyata.
Variasi
Guru dapat memulai permainan ini dengan variasi media yang berbeda. Untuk kelompok siswa berusia muda yang sulit menuliskan pendapat orang lain, dapat menggunakan balon sebagai media. Pilihlah balon yang berkuli tebal agar tidak mudah pecah. Peserta yang paling banyak mendapat tulisan nama di balon dipilih sebagai pemenang.
Kelompok/individu : individu
Waktu : 30-60 menit
Lokasi : di ruangan/halaman
Jumlah siswa : 20-40 anak
Usia : 10-18 tahun

Permainan berjudul “MENGINGAT AKU”
Tujuan
  • Membangun kepercayaan diri.
  • Menumbuhkan kreativitas.
Prosedur permainan:
1. Guru menjelaskan cara permainan tahap demi tahap.
2. Setiap siswa akan memperkenalkan diri dengan cara yang menarik,
3. Perkenalan terdiri dari nama atau hubungannya dengan nama kecil/lengkap, alamat, dan kegemaran. Setiap siswa bebas memperkenalkan dirinya dengan cara yang dapat diingat orang lain.
4. Guru memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir agar mampu mengenalkan dirinya dengan pemulaan yang menarik.
Pembahasan:
Permainan ini biasa dimainkan kepada siswa baru. Khususnya siswa muda berusia antara 10-12 tahun. Guru perlu banyak memancing kemampuan siswa. Guru memfokuskan pada sesuatu yang menarik dari diri tiap siswa. Siswa mencoba memikirkan cara memperkenalkan dirinya dari waktu yang diberikan guru. Secara bergantian guru memanggil siswa untuk tampil dengan urutan acak agar lebih terkondisikan.
Refleksi
Permainan berakhir dengan hubungan pertemanan yang akrab. Setelah semua siswa memperkenalkan dirinya, guru bertanya kepada seluruh siswa, siapa yang paling diingat. Kemudian siswa secara bergantian diminta menyebutkan alasannya.
Variasi
Guru dapat memulai permainan ini dengan variasi media yang berbeda. Untuk kelompok siswa berusia lebih dewasa, permainan bisa menggunakan istilah bahasa yang lebih rumit. Misalnya menghubungkan namanya dengan kota kelahiran yang mempunyai persamaan bunyi akhiran.
Kelompok/individu : kelompok dan individu
Waktu : 15-30 menit
Lokasi : di ruangan/halaman
Jumlah siswa : 20-40 anak
Usia : 7-18 tahun
Permainan berjudul “DOR”
Tujuan
  • Melatih konsentrasi.
  • Belajar berani mengakui kesalahan.
Prosedur permainan:
  1. Guru mengajak seluruh siswa duduk dalam lingkaran besar.
  2. Semua siswa duduk agak renggang untuk memudahkan pergerakan.
  3. Guru memberikan penjelasan aturan permainan. Semua siswa diminta untuk berkonsentrasi dan memusatkan perhatian awal untuk berhitung dari urutan satu hingga terakhir secara bergantian ke arah kanan.
  4. Setelah semua terkondisikan, permainan dimulal dengan menghitung mengurutkan angka satu hingga seterusnya.
  5. Setiap angka lima dan kelipatannya, siswa yang berurutan menyebutkan kata, ‘DOR’.
  6. Siswa yang salah, mendapat hukuman atau tetap bermain sesuai kesepakatan.
Pembahasan:
Permainan ini biasa dimainkan pada kelompok yang udah saling kenal. Guru yang menentukan awal permainan. Guru mengarahkan agar siswa mengambil keputusan pada siswa yang salah langkah, tetap bermain atau keluar lingkaran. Guru membantu membangun suasana agar tetap berkonsentrasi, sehingga setiap siswa mampu mengurutkan dengan benar ketika gilirannya harus menyebutkan angka.
Refleksi
Permainan berakhir dengan kegembiraan. Biarkan siswa memberikan komentar atas permainan yang baru dimainkan. Kemudian guru menjelaskan manfaat permainan dengan kehidupan nyata.
Variasi
Permainan bisa dilanjutkan pada tahap yang lebih menantang tergantung kelompok usia anak dan kemampuannya. Guru dapat memulai permainan ini dengan variasi aturan yang berbeda. Untuk kelompok siswa berusia lebih dewasa,  permainan bisa menggunakan pengurutan yang lebih kompleks. Misalnya mengurutkan kelipatan lima. Setiap muncul angka lima berkata, ‘DOR’, dan setiap muncul angka nol berkata, ‘HORE’ atau bisa menggunakan urutan bilangan prima dan bentuk dua operasi bilangan yang rumit.
Kelompok/individu : kelompok
Waktu : 30-45 menit
Lokasi : di ruangan/halaman
Alat dan Bahan : pulpen dan pensil
Jumlah siswa : 20-40 anak
Usia : 10-18tahun
Permainan Berjudul “PULPEN DAN PENSIL”
Tujuan
  • Membangun konsentrasi.
  • Memberikan suasana yang menyenangkan.
Prosedur Permainan:
1. Guru mengajak siswa duduk dalam lingkaran kelompok kecil antara 8 sampai 10 siswa.
2. Guru menerangkan cara permainan kemudian menunjuk salah satu siswa sebagai pimpinan permainan dan menjadi siswa sentral yang memulai kegiatan ini. Siswa lainnya sebagai pendukung permainan yang duduk di sekelilingnya membentuk satu lingkaran penuh. Pimpinan (siswa sentral) memegang dua benda, Satu benda berupa pulpen dipegang
pada tangan kanan dan pensil dipegang pada tangan kiri.
3. Kemudian, pimpinan permainan ini menunjukkan pulpen kepada siswa di samping kanannya sambil mengatakan, “INI PULPEN.” Siswa yang berada di samping kanan siswa sentral bertanya, “APA”. Kemudian, siswa sentral rnemberikan pulpen kepada siswa yang bertanya tadi sambil berkata, “INI PULPEN.”
4. Sambil berjalannya proses pertama, siswa sentral menunjukkan pensil kepada siswa di samping kirinya sambil mengatakan, “INI PENSIL.” Siswa yang berada di samping kiri siswa sentral bertanya, “APA.” Kemudian, siswa sentral rnemberikan pensil kepada siswa yang bertanya tadi sambil berkata, “INI PENSIL.”
5. Kegiatan ini berlangsung terus-menerus dengan ujung pertanyaan dan jawaban ada pada siswa sentral. Permainan dilombakan antar kelompok kecil. Kelompok yang berhasil menyelesaikan terlebih dulu
dinyatakan sebagai kelompok pemenang.
Pembahasan:
Permainan ini sangat menguras konsentrasi pemain. Pertanyaan dan jawaban akan sambung-menyambung seperti air yang mengalir. Siswa sentral yang menjadi karang. Sebagai sumber pertanyaan dan sumber jawaban, seperti air yang membentur batu karang akan kembali beriak. Guru dengan telaten memberi instruksi di awal. Guru memberikan waktu beberapa menit agar kelompok kecil bisa mencoba. Setelah berjalan, siswa akan memahaminya sendiri cara bermain. Guru bertindak sebagai wasit, menentukan aturan main berjalan dan memberikan penalti kepada kelompok kecil yang salah langkah.
Refleksi
Permainan berakhir, setelah semua kelompok kecil menyelesaikan permainannya. Biarkan siswa mengulas permainan tadi beberapa saat. Setelah berkumpul dalam lingkaran besar, berilah kesempatan setiap siswa atau perwakilan siswa atau beberapa siswa yang bersemangat menyampaikan pendapatnya. Manfaat yang didapatkan harus berhubungan dengan kehidupan nyata.
Variasi
Permainan bisa menggunakan material lain selain pulpen dan pensil. Misalnya batu dan kayu, daun dan ranting, dan lain sebagainya. Upayakan menggunakan material yang sudah dikenal siswa untuk memudahkan ingatan dan pengucapan.
Kelompok/individu : kelompok
Waktu : 15-30 menit
Lokasi : di ruangan
Alat dan Bahan : kertas dan pensil
Jumlah siswa : 20-40 anak
Usia : 10-18 tahun

Art n Craft


Seni Keterampilan mengacu kepada sebuah bentuk karya "kerajianan atau biasa di sebut prakarya yang biasanya di terapkan pada sekolah umumnya,seni membuat sesuatu dari bahan-bahan tertentu yang di kemas di bentuk hingga menjadi sesuatu barang atau karya yang bernilai unik bahkan bernilai jual,banyak hal-hal sederhana yang kita bisa manfaatkan dalam membuat prakarya dari bahan-bahan yang berada di sekitar kita,kita bisa memanfaatkan bahan-bahan yang sudah tidak terpakai,seperti : kardus,Plastik,Kertas,dan masih banyak lagi ada pun contoh hasil karya dari bahan-bahan yang sudah tidak terpakai :

1.kaos yang sudah tidak terpakai & dan dapat d kreasikan dengan cara melukis d kaos tersebut
2.melukis dengan media kaleng bekas yang sudah tidak terpakai & sebuah pot bunga
3.melukis dengan media pot kembang/pot bunga
4.membuat kreasi dari bahan kertas dan di ubah menjadi Lukisan bubur kertas
5.membuat tangkai bunga dengan bahan aqua bekas dan cat plastik untuk melukis










Aktivitas Seni


Mengembangkan Kreativitas Anak Melalui Aktivitas Seni


Sejak di play group atau taman bermain, anak umumnya sudah diperkenalkan pada kegiatan seni yang sederhana. Mulai dari mewarnai, menggambar atau membuat kolase atau tempel-tempelan. Tapi benarkah aktivitas seni merangsang daya kreatifitas anak? Apakah hanya kegiatan seni yang punya peran merangsang kreatifitas anak?

Alangkah bangganya Nadira pada perkembangan putrinya, Nalwa (4 tahun) yang kini sudah pandai mewarnai dengan rapi dan indah. Memang sejak usia 3 tahun, Nalwa sudah dimasukkan ke taman bermain yang kebetulan dekat rumah. Alasannya, agar Nalwa punya kegiatan dan tidak hanya ngendon di rumah yang tidak membuatnya kreatif.

Kini alasan itu terbukti. Jika Nalwa mewarnai tidak ada lagi wama yang keluar dari garisnya. Selain itu dia juga terlihat mahir memainkan padanan warna bahkan tebal tipis nya pun sudah dikuasainya. “Duhh… cantiknya gambar putri mama,” seru Nadira begitu Nalwa memperlihatkan gambar bunga dan kupu-kupu yang bare saja selesai diwamainya Sejak pandai mewarnai, dalam pandangan Nadira, banyak kemajuan yang telah di capai oleh Nalwa.

Jika melihat kertas kosong inginnya selalu menggambar. Tak hanya itu, Nalwa jarkan untuk berpikir dan mengolah masalah dari sudut seni yang tidak kaku, terbuka terhadap berbagai masukan, sehingga dapat menyelesaikan masalah dengan cara yang unik. “Seni mengajarkan anak pada keleluasaan cara berpikir, ide-ide kreatif hingga memandang sesuatu dari yang orisinal, bahkan kemampuan untuk mencari penyelesaian masalah atau problem solving,” urai Rosdiana.

Namun disayangkan Rosdiana, banyak orang yang hanya terpaku pada kegiatan seni saja untuk merangsang kreatifitas anak. Dukungan dari lingkungan, katanya, juga sangat berperan dalam membangun pondasi kreatifitas ini. “Kegiatan lain seperti olah raga, bela diri, dapat mengajarkan anak untuk mengendalikan emosi,” papar Rosdiana yang aktif di Klinik Mutiara Gading, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Seri bela diri dapat mengolah emosi terutama bagi anak yang pemarah, tidak sabaran atau cengeng.

Seni bela diri seperti pencak silat atau taekwondo dan sejenisnya juga memiliki pengaruh besar dalam menyalurkan amarah dan rasa malu. Kedua seni ini sama-sama mengajarkan kebersamaan, kerja sama dan pengendalian diri.

Dengan dukungan dan rangsangan penuh dari lingkungan, maka kreatifitas anak akan muncul. Contohnya, jika anak memilih wama kuning atau coklat pada daun yang akan -diwamainya, jangan salahkan atau langsung menyuruhnya mengganti dengan warna hijau. Barangkali anak sedang berimajinasi bahwa tidak semua daun berwama hijau. Memaksanya untuk mengganti karena beranggapan bahwa wama daun harus hijau, sama artinya memasung kreatifitasnya. Pada akhirnya jika hal itu sering Anda lakukan, kreatifitas anak akan terhenti. “Malas ah, paling nanti mama akan menyalahkan.”

Banyak manfaat yang dapat diambil dari kegiatan seni. Manfaat tersebut tentunya akan berguna juga dalam kehidupan sehari-hari. Kesuksesan anak tidak hanya di ukur dari skor IQ yang tinggi saja. Kehidupan ini tidak di nilai oleh IQ tapi lebih pada kecerdasan seseorang dalam mengolah diri dan lingkungannya Oleh karena itu saran Rosdiana, amat menyedihkan jika anak yang cerdas tidak diberi sentuhan seni. Rosdiana mengakui berdasarkan penelitian, anak yang tumbuh tanpa dibarengi dengan kemampuan seni maka kehidupannya akan menjadi gersang. Anak menjadi kaku, ddak hanya dalam berinteraksi dengan lingkungan tapi juga dalam memandarig persoalannya. “Prosentase keberhasilan seseorang 77 hingga 80% ditentukan oleh Emosional Quation-baru selebihnya Intelegence Quation,” tegasnya. Jika penelitian berkata demikian akankah Anda berpikir sempit tentang ragam kreatifitas seni?


Related Posts On aktivitas anak ,anak ,dunia anak ,kreatifitas anak ,seni


Anda orang tua suka menulis jurnal, diari, dan sebagainya? tapi bagaimana perasaan anda jika ada yang membuangnya atau mendeletenya jika di komputer kesel dan sebel khan, tapi bagaimana dengan tulisan dan gambar anak anda, Anda pasti cenderung untuk membuangnya karena merasa coret-coret tulisan dan gambar anak anda membuat rumah jadi berantakan. Sampai sekarang saya kadang bertanya bagaimana ya......... waktu saya kecil apa yang saya perbuat, lihat dan pelajari......., dan itu hanya saya dapatkan melalui cerita, tapi seandainya ada gambar2 atau tulisan yang saya buat masih kecil ada,
ada perasaan yang sulit diungkapkan, seperti ketika kita melihat foto-foto lucu saat masih kecil. Hal inilah yang menginspirasi saya untuk mulai mengumpulkan gambar anak saya, saya mulai mengumpulkannya saat anak umur 4 tahun, padahal anak usia 2 tahun sudah mempunyai kemampuan untuk mencoret-coret, walau saya mengumpulkannya kadang tanpa memberi tanda hari, bulan , tahun dibuatnya, terlihat dari garis-garis gambarnya ada perkembangan, Anak yang belum bisa menulis dan membaca lebih mengandalkan kemampuan melihat secara visual, dan menerjemahkannnya ke dalam bentuk gambar, karena itu anak-anak lebih nyaman untuk bercerita melalui gambar. Bahkan ada kebebasan karena menggambar tidak ada yang benar atau salah.Dengan mengumpulkan gambar anak membuat anak merasa dihargai, anak saya pasti kecewa jika ada gambarnya dibuang. Tidak hanya itu gambar anak yang kita kumpulkan bisa kita masukkan ke posting blog kita. Tidak hanya gambar loh tulisan anak juga bisa kita masukkan, dan kita bisa beri komentar dan cerita tentang gambar yang dihasilkan.Bayangkan jika anak kita sudah dewasa, tanpa disadari anak bisa melihat langsung proses perkembangan dirinya, terutama proses belajar. Selain itu meningkatkan kepercayaan diri anak. Senang kan kalau anak bisa mengetahui bahwa karya-karyanya bisa dilihat banyak orang.Ayo kita kumpulkan gambar dan tulisan karya anak kita.