Untuk
anak-anak, kreativitas difokuskan pada proses: pembuatan gagasan-gagasan.
Penerimaan orang dewasa dari banyaknya gagasan-gagasan di dalam suasana yang tidak evaluatif akan
membantu anak-anak menghasilkan lebih banyak gagasan-gagasan atau bergerak ke
langkah yang berikutnya, evaluasi diri. Ketika anak-anak mengembangkan
kemampuan untuk evaluasi diri, mutu isu-isu dan pembuatan produk-produk menjadi
lebih penting. Penekanan pada usia ini adalah menjelajah kemampuan-kemampuan
mereka untuk menghasilkan dan mengevaluasi hipotesis, dan meninjau kembali
gagasan mereka yang didasarkan pada evaluasi. Evaluasi oleh yang lain dan
ukuran-ukuran untuk produk-produk dengan sebenarnya penting hanya digunakan anak remaja atau orang dewasa yang
lebih tua.
BAGAIMANA ORANG DEWASA MENDORONG KREATIVITAS?
1. Menyediakan lingkungan yang
mengizinkan anak untuk menjelajah dan bermain tanpa pengekangan-pengekangan
yang tak pantas.
2. Menyesuaikan diri dengan gagasan-gagasan
anak-anak.
3. Menerima gagasan-gagasan yang tidak biasa
dari anak-anak, pemecahan masalah divergen anak-anak
4. Mengggunakan pemecahan masalah kreatif di
semua bagian-bagian pelajaran. Gunakan masalah yang secara alami tentu saja
terjadi di hidup setiap hari
5. Memberikan waktu untuk anak menjelajah
semua berbagai kemungkinan, menggerakkan dari populer ke gagasan-gagasan lebih
asli.
6. Menekankan
proses dibanding produk.
BERMAIN DAN KREATIVITAS
Kreativitas anak usia dini adalah kreativitas
alamiah yang dibawa dari sejak lahir. Kreativitas alami seorang anak usia dini
terlihat dari rasa ingin tahunya yang besar. Hal ini terlihat dari banyaknya
pertanyaan yang diajukan kepada orang tuanya terhadap sesuatu yang dilihatnya.
Adakalanya pertanyaan itu diulang-ulang dan tidak ada habis-habisnya. Selain
itu anak juga senang mengutak-atik alat mainannya sehingga tidak awet dan cepat
rusak hanya karena rasa ingin tahu terhadap proses kejadian.
Para ahli menegaskan bahwa kreativitas mencapai puncaknya di usia antara 4
sampai 4,5 tahun. Anak usia prasekolah memiliki imajinasi yang amat kaya
sedangkan imajinasi merupakan dasar dari semua jenis kegiatan kreatif. Mereka
memiliki “kreativitas alamiah” yang tampak dari perilaku seperti sering
bertanya, tertarik untuk mencoba segala sesuatu, dan memiliki daya khayal yang
kuat (Kak Seto, 2004:11).
Menurut Abdurrahman (2005:35), kreativitas anak adalah kemampuan untuk
menghasilkan pemikiran-pemikiran yang asli, tidak biasa, dan sangat fleksibel
dalam merespon dan mengembangkan pemikiran dan aktivitas. Pada anak usia dini
kreativitas akan terlihat jelas ketika anak bermain, di mana ia menciptakan
berbagai bentuk karya, lukisan ataupun khayalan spontanitas dengan alat
mainannya. Adapun ciri-ciri kreativitas alamiah meliputi: imajinatif, senang menjajaki
lingkungan (exploring), banyak mengajukan
pertanyaan, mempunyai rasa ingin tahu yang kuat, suka melakukan ”eksperimen”, terbuka
untuk rangsangan-rangsangan baru, berminat untuk melakukan macam-macam hal, ingin
mendapatkan pengalaman-pengalaman baru, dan tidak pernah merasa bosan (Majalah Nakita, 2003: 7 edisi
Agustus 2003).
Bermain adalah awal dari perkembangan
kreativitas, karena dalam kegiatan yang menyenangkan itu, anak dapat
mengungkapkan gagasan-gagasan secara bebas dalam hubungan dengan lingkungannya.
Oleh karena itu kegiatan tersebut dapat dijadikan dasar dalam mengembangkan
kreativitas anak.
Guilford
(dalam Hawadi, 2001:3) dengan analisis faktornya menemukan ada lima ciri yang
menjadi sifat kemampuan berpikir kreatif: pertama, kelancaran (fluency) adalah kemampuan untuk
memproduksi banyak gagasan. Kedua, keluwesan (flexibility) adalah kemampuan mengajukan bermacam-macam pendekatan
atau jalan pemecahan masalah. Ketiga, keaslian (originality) adalah kemampuan untuk melahirkan gagasan-gagasan asli
sebagai hasil pemikiran sendiri dan tidak klise. Keempat, penguraian (elaboration) adalah kemampuan untuk
menguraikan sesuatu secara terperinci. Kelima, perumusan kembali (redefinition) adalah kemampuan untuk
mengkaji kembali suatu persoalan melalui cara dan perspektif yang berbeda
dengan apa yang sudah lazim.
ALASAN PERLUNYA DIKEMBANGKAN KREATIVITAS PADA ANAK
Dr.
Utami Munandar memberikan empat alasan perlunya dikembangkan kreativitas pada
anak yaitu: Pertama, dengan berkreasi
anak dapat mewujudkan dirinya dan ini merupakan kebutuhan pokok manusia. Kedua, kreativitas atau cara berpikir
kreatif, dalam arti kemampuan untuk menemukan cara-cara baru memecahkan suatu
permasalahan. Ketiga, bersibuk diri
secara kreatif tidak saja berguna tapi juga memberikan kepuasan pada individu.
Hal ini terlihat jelas pada anak-anak yang bermain balok-balok atau permainan
konstruktif lainnya. Mereka tanpa bosan menyusun bentuk-bentuk kombinasi baru
dengan alat permainannya sehingga seringkali lupa terhadap hal-hal lain. Keempat, kreativitaslah yang
memungkinkan manusia untuk meningkatkan kualitas dan taraf hidupnya. Dengan
kreativitas seseorang terdorong untuk membuat ide-ide, penemuan-penemuan atau
teknologi baru yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara luas.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KREATIVITAS
Kreativitas
seseorang berkembang dipengaruhi oleh faktor-faktor internal (diri sendiri) dan
eksternal (lingkungan). Faktor-faktor yang bersumber dari diri sendiri, seperti
kondisi kesehatan fisik, tingkat kecerdesan (IQ), dan kesehatan mental.
Sementara faktor lingkungan yang mendukung perkembangan kreativitas yaitu, (1)
orang tua atau pendidik dapat menerima anak apa adanya, serta memberi
kepercayaan padanya bahwa pada dasarnya dia baik dan mampu, (2) orang tua atau
guru bersikap empati kepada anak, dalam arti mereka memahami pikiran, perasaan,
dan perilaku anak, (3) orang tua atau pendidik memberi kesempatan kepada anak
untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan pendapatnya, (4) orang tua atau pendidik
memupuk sikap dan minat anak dengan berbagai kegiatan yang positif, (5) orang
tua atau pendidik menyediakan sarana prasarana pendidikan yang memungkinkan
anak mengembangkan keterampilannya dalam membuat karya-karya yang
produktif-inovatif.
Kreativitas
membutuhkan EQ (kecerdasan emosional). Goleman seorang pakar EQ mengatakan, IQ
menyumbang 20 persen saja dalam keberhasilan seseorang sementara 80 persen
lainnya ditentukan oleh kekuatan-kekuatan lainnya. Misalnya kesediaan untuk
bekerja keras, disiplin, rasa percaya diri, dan termasuk di dalamnya EQ. Kesemuanya
faktor penunjang kreativitas ini dapat dibina, dilatih, dan dikembangkan sejak
anak berusia dini.
Antara
kreativitas dan intelegensi terdapat perbedaan. Apabila kita mengacu kepada
teori Guilford tentang Structure of
Intelect (dalam Hawadi, 2001:19) maka intelegensi lebih menyangkut pada
cara berpikir konvergen (memusat), sedangkan kreativitas lebih berkenaan dengan
cara berpikir divergen (menyebar). Munandar menjelaskan bahwa berpikir
konvergen adalah pemberian jawaban atau penarikan kesimpulan yang logis
(penalaran) dari informasi yang digunakan dengan penekanan pada pencapaian jawaban tunggal
yang paling tepat. Adapun berpikir divergen (yang juga disebut berpikir
kreatif) adalah kemampuan memberikan bermacam-macam jawaban berdasarkan
informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragaman, jumlah, dan
kesesuaian.
Mengenai
hubungan kreativitas dan intelegensi dapat diamati melalui hasil studi para
ilmuwan psikologi. Torrance (1965) dalam temuan hasil penelitiannya menjelaskan
bahwa anak-anak yang tinggi kreativitasnya memiliki taraf intelegensi (IQ) di
bawah rata-rata IQ kelompok sebayanya. Dalam kaitannya dengan keberbakatan (giftedness), Torrance mengemukakan bahwa
IQ tidak dapat dijadikan ukuran satu-satunya sebagai kriteria untuk
mengidentifikasi anak-anak yang berbakat. Apabila yang digunakan untuk
menetukan kriteria keberbakatan hanya IQ, diperkirakan 70% anak yang memiliki
tingkat kreativitas tinggi akan
tersingkir dari penyaringan.
PERAN ORANG TUA DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK
Kreativitas merupakan kunci sukses dan
keberhasilan dalam kehidupan. Orang yang tidak kreatif, kehidupannya statis dan
sulit sekali meraih keberhasilan. Dengan keadaan zaman yang sudah mengglobal
dan penuh dengan tantangan serta persaingan seperti sekarang ini membutuhkan
orang-orang yang kreatif. Begitu bermaknanya kreativitas bagi kehidupan
seseorang, maka pendidikan dan pengembangan kreativitas tidak bisa
ditunda-tunda, harus dimulai sejak usia
dini. Agar kreativitas anak dapat berkembang secara optimal, maka orang tua
atau guru dapat melakukan strategi 4P yaitu ; Pribadi, Pendorong, Proses, dan
Produk.
Pribadi, orang tua harus paham, tiap
anak memiliki pribadi berbeda, tiap anak adalah unik. Karena itu kreativitas
juga merupakan sesuatu yang unik. Pendorong,
untuk mengembangkan kreativitas anak, orang tua harus dapat memberikan
dorongan kepada anaknya agar dapat memunculkan motivasi dalam diri anak yaitu
motivasi instrinsik dan ekstrinsik. Proses,
jika sarana dan prasana sudah tersedia, dorongan sudah ada, maka anakpun
akan berproses dan berkreasi. Nah, proses inilah yang penting untuk anak ketika
bermain. Ia akan merasa mampu dan senang bersibuk diri secara kreatif. Entah
dengan melukis, menyusun balok-balok menjadi sebuah menara dan sebagainya.
Hargailah kreasinya tanpa perlu berlebihan. Sebab, secara intuitif anak akan
tahu, apakah penghargaan itu tulus atau sekadar basa-basi. Produk, setelah ketiga faktor di atas dipenuhi, maka anakpun akan
menghasilkan produk kreatif. Produk kreatif anak usia dini dapat berupa
lukisan, alat mainan, bentukan tanah liat. Peran orang tua di sini adalah
memberikan penghargaan atas produk-produk yang dihasilkan anak dengan cara
memberi pujian atau memajang hasil karya anak.
Kreativitas anak akan berkembang jika orang tua
mempunyai kebiasaan-kebiasaan kreatif seperti teliti, cermat, disiplin, dan
keteraturan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dicontoh oleh anak. Selain
itu kreatif dalam berkarya seperti membuat alat permainan bersama-sama dengan
anak, memanfaatkan bahan-bahan alami yang ada di lingkungan atau bahan bekas
kemasan kebutuhan rumah tangga.
Peran
orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam memfasilitasi perkembangan
kreativitas anak, bukan memaksakan kehendak kepada anak. Karena kreativitas
lebih bersifat personal dan privasi, ketimbang sosial dan massal, maka tumbuh
kembangnya membutuhkan berbagai interaksi. Menumbuhkembangkan pola interaksi
yang positif antara orang tua dengan anak di rumah melalui bermain dengan
suasana yang menyenangkan merupakan sarana yang paling baik untuk merangsang
dan mengembangkan kreativitas anak.